Minggu, 17 September 2017

Menahan sakit jempol kakikušŸ˜­

Minggu pagi waktunya carfreeday. Artinya area simpang lima Pati isinya para pesepeda.

Minggu pagi ketika aku menyambangi pasar guwangsang yang pindah ke Pecinan, karena relokasi. Sesaat setelah aku parkir motor, aku berjalan di trotoar, dimana sebuah sepeda diparkir. Namun tak disangka sepeda itu roboh, ujung stangnya mengenai jempol kakiku "Addduhhh." Aku merintih pelan. Sakiiiit banget. Aku sebenarnya pengin nangis, tapi malu. Sungguh sakit banget, tampaknya hanya lecet dibawah kuku, tapi sakit senut-senut terasa semakin berdenyut.

Ah...tarik nafas panjang, berusaha tegar. Nafas panjang lagi... Kemudian relax... Lumayan sudah bisa adaptasi dengan sakitnya. Ah ternyata, darah pelan-pelan mengalir kental... Mau nangis lagi tapi maluuuu... Aku tahan lagi...

Sebelum pulang, aku mampir ke apotik sebentar membeli betadhine dan kasa. Sesampai di rumah aku balut luka dengan kasa. Anak-anak yang melihat bungkusan kasa dan bekas merah yang menempel mulai bertanya. "Kenapa?" Aku ceritakan kronologi kejadian. Anak-anak mulai nyengir membayangkan betapa sakitnya... "Sakit ma?" Tanya kakak.
"Mama nggak nangis?" Tanya yang paling kecil.
Sakiiiit dek😥

Kemudian anak-anak bermain dirumah tantenya, aku mulai curhat sama suami kalo aku pengen nangis tapi aku tahan. Respon suami, "kamu termasuk nggak tahan sakit ya?"
"Iya." Jawabku.
"Meski begitu, masih tahan sama sakitnya melahirkan ya?" Sambung suami.

"Sebenarnya sakitnya melahirkan itu luar bisa tidak ada tandingan, tapi aku tau setelah sakit itu ada kenikmatan yang luar biasa. Misal aku menyerah dengan kesakitan itu, bayi nggak akan lahir dengan selamat. Jadi lahirnya bayi itu melupakan sakitnya yang tiada Tara." Sambil terbayang saat hendak melahirkan dulu. Dan suami mengangguk-angguk.

Siang hari seusai sholat dhuhur, aku meminta ijin pada suami untuk menghadiri pertemuan para agen busana muslim di Juana. Suami berpesan, untuk hati-hati naik motornya.

Alhamdulillah jam 5 sore aku sudah kembali, anak-anak sudah mandi, wangi dan ceria. "Assalamu'alaikum..." Seruku diujung pintu.

"Wa'alaikum salam..." Anak-anak menjawab dengan antusias. Aku yang tak sempat berpamitan sama anak-anak ketika hendak pergi tadi siang ternyata menyisakan rindu. Mereka memelukku.

"Mama... Aku khawatir, kirain Mama dirumah sakit." Ujar si Kaka. Mungkin mereka masih ingat gimana kakiku berdarah. Mereka mulai bertanya gimana kakiku yang sakit. Aku jawab, "Alhamdulillah sudah kering."
"Cepat sekali ya, ma?"
"Nanti kalo mandi kena air perih ma?" Timpal sikecil.
"Perih dek, tapi ditahan, kakinya diangkat aja keatas." Jelasku.

Kakak memelukku... "Aku kangen mama..."

Alhamdulillah aku pulang membawa banyak buku anak, mereka semua antusias minta dibacakan. Anak-anak menahanku untuk tetap duduk, bahkan ketika aku bilang mau minum dulu, Kaka mengatakan, "biar aku yang ambilkan ma."

Alhamdulillah... Segelas air yang diambilkan mbak nuris yang berusia 5 tahun sangat menyegarkan... Bahagia sekali punya anak-anak yang pintar dan Sholihah. Nyeri karena ketimpa sepeda tadi pagi rasanya sudah terobati dengan perhatian dan kasih sayang dari anak-anak dan suami.

Terimakasih ya Allah telah menjadikan aku kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar