Minggu, 22 Oktober 2017

Anakku rewel banget

Anak-anak yang mengantuk seringkali rewel. Tidak jelas seperti apa maunya. Karena sulit ditenangkan akupun diam. Tak disangka justru aku digigitnya. Mungkin karena gemas dan sebal.

Sakit, kaget, itu perasaanku. Tapi aku diam saja. Ternyata si anak malah semakin jengkel, nangis semakin kenceng. Terus aku kudu piye???
Tak lama ayahnya datang, mengajaknya jalan-jalan, padahal ngantuk lho. Akhirnya diem juga ikut ayahnya😑

Emak oh emak... Mungkin waktu kecil dulu aku juga begitu ya😓

Minggu, 17 September 2017

Menahan sakit jempol kakikušŸ˜­

Minggu pagi waktunya carfreeday. Artinya area simpang lima Pati isinya para pesepeda.

Minggu pagi ketika aku menyambangi pasar guwangsang yang pindah ke Pecinan, karena relokasi. Sesaat setelah aku parkir motor, aku berjalan di trotoar, dimana sebuah sepeda diparkir. Namun tak disangka sepeda itu roboh, ujung stangnya mengenai jempol kakiku "Addduhhh." Aku merintih pelan. Sakiiiit banget. Aku sebenarnya pengin nangis, tapi malu. Sungguh sakit banget, tampaknya hanya lecet dibawah kuku, tapi sakit senut-senut terasa semakin berdenyut.

Ah...tarik nafas panjang, berusaha tegar. Nafas panjang lagi... Kemudian relax... Lumayan sudah bisa adaptasi dengan sakitnya. Ah ternyata, darah pelan-pelan mengalir kental... Mau nangis lagi tapi maluuuu... Aku tahan lagi...

Sebelum pulang, aku mampir ke apotik sebentar membeli betadhine dan kasa. Sesampai di rumah aku balut luka dengan kasa. Anak-anak yang melihat bungkusan kasa dan bekas merah yang menempel mulai bertanya. "Kenapa?" Aku ceritakan kronologi kejadian. Anak-anak mulai nyengir membayangkan betapa sakitnya... "Sakit ma?" Tanya kakak.
"Mama nggak nangis?" Tanya yang paling kecil.
Sakiiiit dek😥

Kemudian anak-anak bermain dirumah tantenya, aku mulai curhat sama suami kalo aku pengen nangis tapi aku tahan. Respon suami, "kamu termasuk nggak tahan sakit ya?"
"Iya." Jawabku.
"Meski begitu, masih tahan sama sakitnya melahirkan ya?" Sambung suami.

"Sebenarnya sakitnya melahirkan itu luar bisa tidak ada tandingan, tapi aku tau setelah sakit itu ada kenikmatan yang luar biasa. Misal aku menyerah dengan kesakitan itu, bayi nggak akan lahir dengan selamat. Jadi lahirnya bayi itu melupakan sakitnya yang tiada Tara." Sambil terbayang saat hendak melahirkan dulu. Dan suami mengangguk-angguk.

Siang hari seusai sholat dhuhur, aku meminta ijin pada suami untuk menghadiri pertemuan para agen busana muslim di Juana. Suami berpesan, untuk hati-hati naik motornya.

Alhamdulillah jam 5 sore aku sudah kembali, anak-anak sudah mandi, wangi dan ceria. "Assalamu'alaikum..." Seruku diujung pintu.

"Wa'alaikum salam..." Anak-anak menjawab dengan antusias. Aku yang tak sempat berpamitan sama anak-anak ketika hendak pergi tadi siang ternyata menyisakan rindu. Mereka memelukku.

"Mama... Aku khawatir, kirain Mama dirumah sakit." Ujar si Kaka. Mungkin mereka masih ingat gimana kakiku berdarah. Mereka mulai bertanya gimana kakiku yang sakit. Aku jawab, "Alhamdulillah sudah kering."
"Cepat sekali ya, ma?"
"Nanti kalo mandi kena air perih ma?" Timpal sikecil.
"Perih dek, tapi ditahan, kakinya diangkat aja keatas." Jelasku.

Kakak memelukku... "Aku kangen mama..."

Alhamdulillah aku pulang membawa banyak buku anak, mereka semua antusias minta dibacakan. Anak-anak menahanku untuk tetap duduk, bahkan ketika aku bilang mau minum dulu, Kaka mengatakan, "biar aku yang ambilkan ma."

Alhamdulillah... Segelas air yang diambilkan mbak nuris yang berusia 5 tahun sangat menyegarkan... Bahagia sekali punya anak-anak yang pintar dan Sholihah. Nyeri karena ketimpa sepeda tadi pagi rasanya sudah terobati dengan perhatian dan kasih sayang dari anak-anak dan suami.

Terimakasih ya Allah telah menjadikan aku kuat.

Minggu, 10 September 2017

Rindu emak

Menemuinya dalam keadaan sakit bertahun-tahun, kemudian mendengar kabar beliau meninggal. Rasanya cukup tegar, mungkin begitulah Allah menyayanginya. Menjadikannya sakit bertahun-tahun kemudian memanggilnya dengan tenang. Aku hanya meneteskan air mata sebentar, kemudian selebihnya banyak berdo'a agar beliau tenang.

Tapi tidak, setahun lebih berlalu, rindu sering mengusik. Tiba-tiba setiap sudut seperti ada sosoknya. Dalam kesendirianku kadang merasakan betapa sedikitnya waktuku untuknya.

Rindu... Kenapa rindu ini begitu berat, lalu aku membuka Al-Qur'an. Mengirimkan bacaan surah untuknya. Rindupun semakin menyayat...

#rinduemak

Jumat, 11 Agustus 2017

Gaji vs gaya hidup

Dulu, pada awal saya kerja gajinya 500 ribuan. Beli sepatu di pasar johar seharga 25.000. kalo dipakai licin, tapi ya enjoy aja. Bagus juga kalo dipake. Gaji segitu cukup buat biaya hidup sebulan, dengan kos-kosan sekamar rame-rame. 60.000/bulan.

Bulan berlalu, gajipun kian meningkat, jadi 700ribuan, kemudian beranjak menjadi jutaan. Digit angka bagian depan kian membesar. Kosan pindah dengan harga yang lebih mahal, sekamar sendirian.
Parfum yang tadinya cuma 9000 menjadi ratusan ribu. Sepatu berubah selera dengan pilihan harga 500.000an. makanan kaki lima pindah ke kafe di mall.

Ternyata... Besarnya gaji, diikuti dengan besarnya gaya hidup. Lalu, tabungan tak jelas dimana 😥 seolah hidup hanya sekarang. Impian besar diwujudkan dengan hutang bank, kemudian cicil dengan potong gaji.

Lalu sekarang? Hanya di rumah. Pegang uang juga karena jualan, keuntungan ada, cash flow juga lancar. Tapi, mindset berubah. Ternyata banyak impian besar yang harus diwujudkan. Bukan hanya sekedar gaya yang sesaat. Nabung menjadi gaya hidup. Nggak lagi hutang.

Ternyata... Hasilnya lebih enak, lebih tenang. Karena hanya menunda sebentar keinginan, lalu membayar cash kemudian.

Butuh mental besar untuk hidup sekedarnya. Karena sering orang berkata sedikit nyinyir, "masa kamu kayak gitu nggak mampu, uangnya buat apa?"
"Masak kayak gitu aja nggak bisa?"

Hidup ini bukan tentang bagaimana orang lain menilai. Tapi tentang bagaimana kita menghadapi. Harus yakin.  Harus bisa 😊

Minggu, 23 Juli 2017

Teman lama, ngak pernah ngubungi, sekalinya ngubungi mau utang

Pernah nggak Nemu teman kayak gitu? Nggak pernah ngubungi, sekalinya ngubungi mau utang.

Nggak papa sih, kalo dia orang gak punya. Di sosmed, dia tuh tajir, jalan-jalannya juga keren. Dan, bilangnya sih suaminya punya posisi keren di kantornya. Lalu, tiba-tiba mengiba minta dipinjami utang. 😓

Alasannya, penting nih, urgent, janjinya akan dikembalikan waktu dekat. Sebenarnya sih, aku pernah diceritain juga sama orang lain, kalo dia emang suka ngutang. Nah lho... Jadi gaya hidup selama ini itu kaya pura-pura ya? Bukan kaya beneran? Duh, malu dong kalo penampilan wow, di sosmed keren banget, ternyata rapuh ekonominya.

Evaluasi lagi coba, gaya hidup sama pendapatan udah sesuai belum? Jangan-jangan pengeluaran buat gaya hidup lebih besar dari pendapatan? Jadi ngos-ngosan ngikutin nafsunya yang pengen gaya-gayaan itu?

Maaf ya... Aku nggak bisa ngutangi (minjamin uang) buat orang kayak gitu. Aku aja sederhana, baju murah juga nggak papa yang penting nyaman. Kok aku diminta ngurusin gaya hidup dia yang sok-sokan kaya itu?

Jumat, 21 Juli 2017

Aku pengen gemuk

Lebih tepatnya sih, pengin nambah berat badan biar ideal. Tinggi badanku 158 cm dan berat badanku hanya 49 kg. Muka tampak tirus, tangan kecil, dan badan keliatan kerempeng.

Yang bikin nggak enak tuh, kalo ada yang nyeletuk, "kok kurus sih? Mikir apa? Apa kamu kurang bahagia?"

Aduuuuh maaaas... Aku bahagia... Tapi, jadi sedih kalo digituin 😥

Demi mewujudkan keinginan aku buat nambah berat badan ideal, maka aku bertekad. Makan teratur 3x sehari, porsi banyak, makan lebih cepat dan kunyah sebentar. Minum susu ensure satu jam setelahnya. Ngemil buah-buahan, biar sehat.

Lalu, kita tunggu 2 Minggu kemudian, berapa berat badanku??? 😊😊

Target = 55 kg

Anakku, cerminku

Siapakah aku, hanya manusia biasa yang sering tak sabar, dan mudah marah menghadapi anak-anak. Terkadang mulut ini kelepasan berbicara kasar. Mungkin Omelan yang berbau makian terlontar.

Astaghfirullah... Penyesalan pun datang kemudian. Aku meminta maaf dan memeluknya. Tapi, goresan luka sudah terlanjur aku torehkan. Dan ia akan terukir selamanya.

Saat itu sikecil memaafkan. Tapi, suatu saat, ketika ananda kecewa, tertekan, maka ia akan meluapkan kemarahannya dengan cara yang sama seperti aku pernah meluapkan. Dan, saat itu aku seperti tertampar oleh perilakuku sendiri.

Astaghfirullah... Aku ingin menangis, tapi apalah daya... Semua sudah terjadi. Lalu, aku menasehati anakku, jangan berbuat itu. "Tapi, mama pernah melakukan itu sama aku."
"Maafkan aku, nak, maafkan." Aku kembali memeluknya.

Ya Allah... Aku hanyalah manusia biasa yang sering lepas kendali. Dan sesaat kemudian tersadar dari kekhilafan. Namun, apalah artinya jika penyesalan datangnya kemudian.

Bimbing aku ya Allah... Menjadi ibu yang berakhlaqulkarimah, menjadi tauladan yang baik buat anak-anak kelak.